7 Teori Memilih Jodoh Perspektif Sosiologi Keluarga

Teori Memilih Jodoh
Berdasarkan KBBI, jodoh adalah (1) orang yang cocok menjadi suami atau istri atau pasangan hidup; (2) sesuatu yang cocok sehingga menjadi sepasang (seperti pasangan sepatu); dan (3) kata sifat yang berarti cocok atau tepat. Dengan ini maka, Kata "jodoh" memiliki tiga makna utama. Pertama, mengacu pada individu yang dianggap paling serasi untuk dijadikan pasangan hidup, baik sebagai suami maupun istri. Kedua, menggambarkan dua benda yang saling melengkapi dan membentuk satu kesatuan. Ketiga, digunakan sebagai sifat yang menunjukkan kecocokan atau kesesuaian antara dua insan (manusia) yang berbeda jenis kelaminnya.

Jodoh merupakan suatu bentuk keselarasan antara pasangan suami dan istri. Tentunya dalam menjalani fase itu kedua insan tersebut dihadapkan pilihan untuk membentuk sebuah kecocokan di antara keduanya. Amelinda Pandu Kusumaningtyas dan Azinuddin Ikram Hakim dalam Jodoh di Ujung Jempol: Tinder Sebagai Ruang Jejaring Baru menyebutkan tujuh teori memilih jodoh. Teori tersebut sebagai berikut[1]:

1. Memilih jodoh melalui pendekatan teori homogami adalah proses memilih jodoh berdasarkan timbulnya kesamaan antara diri sendiri dan orang lain;

2. Memilih jodoh melalui pendekatan teori heterogami adalah menjadikan perbedaan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan pasangan hidup;

3. Memilih jodoh melalui pendekatan teori insting adalah memilih jodoh muncul dari dorongan perasaan terdalam yang sulit dijelaskan (berdasarkan insting), namun memberikan keyakinan bahwa dialah orang yang tepat (dialah jodohku);

4. Memilih jodoh melalui pendekatan teori filter adalah menentukan jodohnya melalui proses berpikir rasional dengan menyaring calon pasangan berdasarkan kesamaan, nilai (insting), dan perbedaan. Jika calon tersebut memenuhi hal itu, maka ia dianggap cocok sebagai jodoh;

5. Memilih jodoh melalui pendekatan teori Reis-Wheel adalah proses memilih pasangan berdasarkan empat tahap yang biasanya dilalui. Pertama adalah pertemuan awal, kemudian diikuti dengan saling mengenal dan berbagi secara terbuka, setelah itu muncul ketergantungan emosional, dan akhirnya tumbuhlah rasa cinta. Teori Reis Wheel menyoroti rangkaian tahapan ini sebagai fondasi terbentuknya cinta dan keputusan memilih jodoh.

6. Memilih jodoh melalui pendekatan teori Stimulus Value Role adalah hubungan jodoh yang dimulai dari ketertarikan secara fisik, lalu berlanjut pada tahap penyesuaian kesamaan, dan akhirnya melibatkan pembagian tanggung jawab atau peran bila memungkinkan, hingga terbentuk suatu ikatan pasangan.

7. Memilih jodoh melalui pendekatan teori pertukaran. Teori ini menekankan hubungan berdasarkan prinsip saling menguntungkan. Proses memilih jodoh melibatkan pertimbangan terhadap apa saja yang bisa diperoleh dan diberikan oleh kedua belah pihak, termasuk aspek materi dan non-materi. Dengan menggunakan prinsip ekonomi, seseorang yang dinilai menguntungkan akan menjadi pasangan yang dipilih. Teori ini juga menyatakan bahwa pernikahan adalah sebuah transaksi yang berjalan terus-menerus.




Jodoh tidak harus sama, asalkan cocok dan saling mencintai antara keduanya (pasutri). Artinya, perbedaan di antara keduanya bisa dikategorikan sebagai jodoh. Dalam hal ini berbeda dalam berbagai hal, mulai dari karakter; kecerdasan dan kepintaran; budaya, dan lain sebagainya. Melalui perbedaan ini, kita akan banyak belajar yang nantinya akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru yang belum kita ketahui sebelumnya. Hal ini sangat menarik untuk di ulas lebih lanjut dalam akar pembahasan ini dalam slide lain:

[1] Amelinda Pandu Kusumaningtyas and Azinuddin Ikram Hakim, “Jodoh Di Ujung Jempol: Tinder Sebagai Ruang Jejaring Baru,” Simulacra 2, no. 2 (2019): 101–14.
Postingan Selanjutnya Postingan sebelumnya
No Comment
tambahkan komentar
comment url

Mungkin Anda Minat Membaca ini