Rumus Jodoh Menurut Fakhruddin Faiz

Jodoh
Pernahkah di benak kalian saat memilih jodoh pernah terbesit rumusan berikut ini. Jika tidak pernah, mungkin rumus berikut ini cocok untuk dipahami secara mendalam. Rumus jodoh di sini terbagi menjadi dua:

A. Membaca jodoh dalam skenario Tuhan (Allah)

Dalam skenario tuhan (Allah), jodoh telah ditentukan olehnya karena jodoh merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dirubah. Semua ketetapan Allah (takdir Allah) bersifat tetap dan tidak bisa dirubah. Hal ini berdasarkan ungkapan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari, “Sesungguhnya yang telah diketahui Allah itu sama sekali tak berubah dan berganti. Yang bisa berubah dan berganti adalah perbuatan seseorang yang tampak bagi manusia dan yang tampak bagi para malaikat penjaga (Hafadhah) dan yang ditugasi berinteraksi dengan manusia (al-Muwakkilîn). Maka dalam hal inilah terjadi penetapan dan penghapusan takdir, semisal tentang bertambahnya umur atau berkurangnya. Adapun dalam ilmu Allah, maka tak ada penghapusan atau penetapan.”

Berdasarkan hal tersebut, skenario takdir ini terbagi menjadi 3, yang pertama dari Allah (ketetapan takdir-nya tidak bisa di rubah/mubrom), dari Malaikat, dan dari Manusia (ketetapannya bisa berubah/mu’allaq). Namun, tidak sepenuhnya ketetapan Allah ini tidak bisa di rubah, hanya ada sebagian ketetapan yang bisa dirubah, sebagaimana dalam QS Ar-Ra’d: 11, dimana Allah akan merubah suatu kaum, apabila dia (kaum/manusia) mau merubahnya.

Artinya, semua ketetapan yang berada dalam skenario Allah ini, sampai kapanpun, manusia tidak akan bisa mengetahunya. Sebagai insan (manusia) yang baik, kita hanya melakukan yang terbaik, berusaha menjadi lebih baik dari kemarin dan saat ini.

Bagaimana cara memahami jodoh dalam skenario tuhan (Allah)?

Kita cukup ikhtiar (milih) dan berusaha. Berusaha memilih yang terbaik untuk dijadikan pasangan hidup kita. Kenapa begitu? Karena kita tidak akan bisa memahami ketetapan Allah dan Allah akan memilihkan yang terbaik untuk diri kita dari pilihan yang telah di pilih.

Skenario hidup kita ini sudah tertulis dalam skenarionya Allah, jadi untuk kita bagaimana? ya harus ikhtiar, jika, tidak di ikhtiarkan tidak bisa, seperti masalah jodoh ini ibarat rezeki. Mencari rezeki jika tidak ikhtiar dan usaha ya tidak akan mendapatkan rezeki.

B. Membaca jodoh dalam skenario manusia

1. Senang (ada rasa cinta) + Cocok (ada kesediaan)

Pada dasarnya, dalam memilih jodoh, awal mulanya memang timbul dari rasa senang (suka atau cinta). Hanya saja ada sebagian orang yang tidak berdasarkan demikian, yakni berdasarkan perjodohan dari orangtua atau kerabat. Tentunya dalam perjodohan tersebut, terkadang timbul rasa cinta, terkadang malah sebaliknya. Namun, rasa tidak cinta tersebut seiring dengan berjalannya waktu akan timbul rasa cinta dalam benak (diri) kedua pasutri (pasangan suami istri). Selanjutnya adalah cocok atau adanya kesediaan keduanya untuk menikah

2. Kebutuhan

Dalam kebutuhan ini cenderung untuk saling melengkapi kekurangan kedua pasangan. Misal, saya (laki-laki) ini orangnya selalu butuh dorongan ketika tertimpa musibah atau ada masalah, dan dia (wanita) ini selalu mendorong saya terus ketika saya dalam kondisi tersebut.

Menurut Socrates

Cobalah untuk menikah. Jika kamu mendapatkan istri yang baik, maka itu adalah keberuntungan yang patut disyukuri. Namun, jika kamu mendapatkan istri yang kurang baik, anggaplah itu sebagai kesempatan untuk menjadi seorang filosof, karena hal itu akan membuatmu banyak merenung dan berpikir lebih dalam.

Menurut Jalaluddin Rumi

Janganlah engkau mencari istri yang selalu sempurna atau selalu tenang, karena istrimu tidak harus selalu seperti itu. Sebaliknya, jadikanlah pasanganmu sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Pasangan bukan hanya pelengkap hidup kita, tetapi juga sumber pelajaran dan hikmah yang membantu kita meningkatkan kualitas diri. Justru melalui ujian dan tantangan bersama itulah kita tumbuh dan berkembang.

Jadi, milih pasangan itu bagus, namun pemilih itu malah tidak bagus. Mengapa demikian? Takutnya dengan menjadi seorang pemilih kita tidak mendapatkan apa-apa, karena orang yang pemilih itu terlalu idealis, di dunia ini tidak ada orang yang sempurna, pasti ada kekurangannya. Oleh karena itu jangan menjadi orang pemilih dalam hal apapun, khusunya masalah menikah.
Postingan Selanjutnya Postingan sebelumnya
No Comment
tambahkan komentar
comment url

Mungkin Anda Minat Membaca ini