Muhammad Mukhlis

Muhammad Mukhlis

Aku seorang pelajar aktif yang lahir pada tahun 21-Desember-2002. Solikin adalah nama ayahku, yang berdomisili di Dampit dan Sriana adalah ibuku, ia berdomisili di Turen. Namun, dengan terjadinya konflik di antara keluargaku, takdir berkehendak lain, ayah dan ibuku berpisah. Seiring dengan silih bergantinya hari demi hari, ayahku menikah dengan seorang janda yang bernama Rusmiati, ia mempunyai anak bernama Hisyam Subairi. Subairi adalah nama suami janda tersebut yang telah meninggal dunia di tanah suci Makkatul Mukarramah. Sedangkan ibu kandungku menikah dengan laki-laki berdomisili Banten. Dengan pernikahan ini, ibuku dikaruniai dua anak perempuan.

Baca Juga: 

A. Genealogi Muhammad Mukhlis

Namaku Muhammad Mukhlis yang biasa dipanggil Mukhlis. Aku dilahirkan oleh seseorang yang kapasitas pendidikannya rendah. Nama ayahku adalah Sholikin dan ibuku  (ibu kandung) bernama Sriana dan ibu tiri bernama Rusmiati. Ketiganya sama-sama memiliki jiwa pekerja keras, pantang menyerah, dermawan.

B. Aku Sebelum Mondok

Meskipun saat itu aku tidak mondok, namun aku belajar mengaji kepada ustadz kampung yang bernama Ust. Sholeh. Dengan kegigihannya dalam mengajar, ia berhasil mencerdaskan santrinya untuk membaca Al- Qur’an, baik dengan cara tartil maupun tidak. Target Ust. Sholeh dalam mengajar Al-Qur;an yaitu tidak dengan sistem hataman, tapi dengan menggunakan cara, bagaimana muridnya itu betul-betul bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Selain mengaji Al-Qur’an, aku juga mempelajari ilmu fiqih dan tajwid darinya. Kitab yang dikaji pada saat itu kitab Sulam Al-Taufiq dan Safinatunnajah.

Seiring berputarnya hari demi hari, saat itu aku masih menduduki bangku kelas lima SD, aku tidak hanya mengaji kepada Ust. Sholeh saja, namun, aku juga mengaji kepada Ust Abdul Karim (Alumni dari pesantren Sidogiri).

Sore hari, setelah lantunan kalimat-kalimat indah dikumandangkan diberbagai penjuru kota Dampit, saat itu juga, tepatnya setelah selesainya melakukan sholat ashar, aku mulai mengerjakan aktifitas baruku, yaitu mengaji kepada Ust. Abdul Karim. Kitab-kitab yang di kaji, antara lain:

· Matan Al-Jurumiyah, karya Al-Syaik As-Shanhajy;

· Al-Amtsilah Al-Tasrifiyah, karya Al-Syaikh Muhammad Ma’sum bin ‘Ali;

· Al-Imrithi, karya Syekh Syarifuddin Yahya Al-Imrithi;

· Sulam Al-Taufiq, karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir;

Setelah selesai mengaji ke Ust Abdul Karim, tepatnya jam 05:00, aku pulang ke rumah untuk istirahat sambil menikmati dan melihat indahnya alam saat menjelang senja. Setelah beberapa menit kemudian adzan dikumandangkan di mana-mana, aku berangkat ke Musholla untuk menunaikan sholat. Seusai sholat, pada saat itu juga, aku mulai melakukan aktifitasku untuk mengaji Al-Qur’an dan kitab kepada Ust. Sholeh.

C. Aku Waktu Mondok

Tepatnya, pada tahun 2016, aku mulai beradaptasi memperbarui kehidupan dan lingkungan baruku di pondok pesantren Al-Khoirot, Malang. Rasa senang sedih kualami hari demi hari hingga saat ini (2022) aku masih mondok sambil mengabdikan diriku ke pesantren, guna untuk menyempurnakan tingkat keilmuwanku yang yang masih minim dan belum sempurna dibandingkan dengan keilmuwannya orang lain.

Pondok pesantren Al-Khoirot adalah tempatku belajar berbagai macam ilmu sejak diriku menduduki bangku MTs hingga MA dan alhamdulillah hingga saat ini aku masih bertahan di pondok pesantren Al-Khoirot untuk mengembangkan dan memperdalam tingkat keilmuwanku dalam bidang agama. Tentunya dalam bidang agama ini lebih banyak dipelajari secara mendalam di Madrasah Diniyah Al-Khoirot, dimulai dari kelas I’dad hingga Ma’had ‘Aly. Prestasi yang pernah kuraih saat masih mengalami masa belajar dari kelas 01 hingga kelas 06 MADIN (Madrasah Diniyah Al-Khoirot) adalah pada saat aku menduduki di kelas lima MADIN, mulai dari semester satu (mendapatkan juara 02) dan semester dua (mendapatkan juara 03). Dengan juara ini, tentunya karena ketekunan dan kegigihanku untuk mempelajari ilmu dan tidak kalah pentingnya dengan nasehat dan motifasi dari guru-guruku.

Setelah lulus dari sekolah MA Al-Khoirot yang pada waktu itu, saya mengambil jurusan agama. Kemudian aku melanjutkan studi belajarku ke tingkat strata S1 dengan jurusan Ahwal Syakhsiyah (Hukum Keluarga Islam) di IAI Al-Qolam Malang. Berikut alasanku mengapa aku kuliah dan mengambil jurusan tersebut:

· Ingin mengembangkan tingkat keilmuwanku sebelumnya;

· Mendapatkan saran dan motifasi dari K.H Ahmad Fatih Syuhud, bahwa, “kuliah itu penting, guna untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita dari bangsa Indonesia dan ketika kuliah itu jangan mengambil jurusan agama saja, tapi ambil jurusan lain, karena mempelajari ilmu agama di pesantren itu sudah lebih dari cukup” ungkap beliau’. 

· Mendapatkan dukungan penuh dari ayahku tercinta;

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url