Perkembangan Ilmu Falak (Ilmu Astronomi) Sebelum dan Sesudah Islam

 

Ilmu Falak Sebelum dan Sesudah Islam

A. Perkembangan Ilmu Falak dan Astronomi Sebelum Islam

Munculnya ilmu falak di sini terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama, yaitu: a) nabi Idris; b) nabi Adam, karena ialah orang pertama di dunia ini yang di ajari berbagai macam ilmu; c) nabi Unusy (cucu daripada nabi Adam). Sedangkan perkembangannya, sebelum datangnya syari’at Islam, terbagi menjadi enam masa peradaban. Berikut penjelasannya:

1. Peradaban Mesopotamia:

Perkembangan ilmu falak pada masa peradaban Mesopotamia ini disebabkan beberapa penguasa pada saat itu:
a. Penguasa Bangsa Sumeria (4000 SM);
b. Penguasa Bangsa Somit dari Akkadai (2500-2300 SM);
c. Penguasa Bangsa Assyria (910 SM-722 SM);

Pada masa peradaban Mesopotamia inilah melahirkan suatu ilmu dimana semua nasib orang-orang digantungkan pada bulan. Dengan adanya hal tersebut menjadikan awal penyebab kemajuan ilmu astronomi di masa itu.

2. Peradaban Mesir Kuno

Bangsa Mesir Kuno memprediksikan, bahwa Sungai Nil akan banjir saat munculnya bintang Sirius dari arah timur pada bulan-bulan musim panas. Perkiraan bulan musim panas itu tanggal 19 tamuz dan mulai bersinar pada bulan Ab. Adapun sistem penanggalan pada masa ini yaitu dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan, setiap bulannya terdiri dari 30 hari dan setiap akhir tahunnya ditambah 5 hari.

Era peradaban Mesir Kuno telah melahirkan ilmu pengetahuan berupa ilmu Matematika dan peradaban ini mengalami kemajuan dalam bidang ilmu fisika dan astronomi. Hakikatnya, pengetahuan akan ilmu astronomi (falak) pada era ini hanyalah digunakan untuk penentuan penyembahan orang-orang pada saat itu kepada dewa-dewa.

3. Peradaban Yunani

Pada era Yunani ini, muncullah perdebatan di antara tokoh ilmuwan filosof. Perdebatan ini tertuju pada sebuah teori bentuk Bumi. Thales mengatakan, bahwa Bumi itu datar, sedangkan Pitagoras mengatakan, bumi itu bulat. Namun, pencetus ilmuwan astronomi pertamakalinya di era ini adalah Thales yang kemudian di susul oleh Phitagoras. Dimana Phitagoras membantah teorinya Thales yang mengatakan Bumi bulat.

Berikut nama-nama ilmuwan yang ahli dalam bidang astronomi sebelum datangnya Islam adalah:
a. Aristoteles ( 384 – 322 SM );
b. Aristarchus (250 SM);
c. Hiparchus;
d. Claudius Ptolomeus (160 M);

4. Peradaban Cina dan Persia

Konfusius (V SM) telah mempelopori kemajuan ilmu Falak dalam peradaban Cina yang berhasil memperhitungkan terjadinya gerhana, diperkirakan juga bahwa bangsa Tiongkok telah melakukan kajian dan perhitungan tehadap Nova, Supernoba. Sebelumnya Dinasti He sudah menggunakan penanggalan Khongcu sekitar tahun 2205-1766 SM, kelender ini didasarkan pada peredaran bulan dan matahari, yang kemudian dikenal dengan kalender Imlik dan digunakan kembali oleh Kondusius pada 551-479 SM.

Pada tahun 350 SM, astronom Cina bernama Shi Shen bersali menyusun katalok yang terdiri dari 800 entri tentang bintang-bintang dan dianggap sebagai katolog teruta Sekitar tahun 140-104 SM muncul Lo Hsia Hung yang hidup di bawah pemerintahan Han Barat. Dia adalah salah seorang astronom China yang menyusun kalender terkenal T'ai ch'u li pada tahun 104 SM. Pada abad pertama SM muncul astronom Cina bernama Liu Hsin. Dia adalah seorang bangsawan kerajaan di bawah kekaisaran Han Barat dan melakukan bunuh diri tahun. Dia menggantikan ayahnya, Liu Hsiang sebagai pustakawan kerajaan pada tahun 7 SM. Pada tahun berikutnya dia menyelesaikan katalog Han Iwen chih yang telah dimulai oleh ayahnya. Dia juga menulis tisalah tentang kalender yang disebut dengan San-t'ung-li.

Disisi lain Persia menjadi penyumbang besar dan pengaruh dalam ilmu falak nantinya pada masa keemasan Islam. Ilmu falak di era sasanid Persia pada awalnya lebih terarah pada Astrologi seperti yang terlihat pada Zij Syah (Zij Syahryan) adalah teks yang memuat koleksi observasi dan table astronomis benda-benda langit yang dibuat pada masa Dinasti Sasanid Persia. Dalam perkembangannya teks ini mengaalami beberapa kali kodifikasi yakni pada tahun 450 SM, pada tahun 556 M pada masa pemerintah Kisra Anushirawan dan tahun 630 SM yang dilakukan pada masa kekuasaan Yazdegerd III.

5. Peradaban Arab Pra Islam

dalam kelender bangsa Arab pra-Islam tahuntahunnya tidak menggunakan angka, namun didasarkan pada peristiwaperistiwa yang dikenang, seperti tahun gajah, tahun kesedihan, untuk jumlah bulan 12 bulan untuk tahun pendek, dan 13 bulan untuk tahun panjang. Penamaan bulan-bulan Hijriah yang kita kenal sekarang ditetapkan oleh Kaab bin Murrah, kakek moyang Nabi Muhammad. Nama-nama bulan tersebut adalah Muharram; Safar; Rabiul Awal dan Rabiul Akhir; Jumadil Awal dan Jumadil Akhir; Rajab; Syakban; Ramadan; Syawal; Zulkaidah; Zulhijah; Nasi’: merupakan bulan ketigabelas jika bulan tersebut bulan kabisat.

B. Perkembangan Ilmu Falak dan Astronomi Setelah Islam

Ilmu falak pada zaman dahulu dikenal dengan ilmu Nujum, akan tetapi dikalangan Sarjana Islam Ilmu Bintang terbagi menjadi dua, yakni:

1. Ilmu Tabi’ie (sains) 

Ilmu Sains adalah ilmu yang membahas mengenai kedudukan bintang-bintang, serta pergerakan dan ketentuan gerhana matahari dan bulan. Ilmu ini dinamakan ilmu falak (Astronomi).

2. Ilmu Astrologi (Nujum) 

Ilmu nujum merupakan ilmu yang membahas hubungan pergerakan bintang-bintang dengan kelahiran, kematian, kebahagiaan dan kecelakaan, hujan, kesehatan dan lain-lain.

Ilmu tersebut merupakan warisan dari bangsa Yunani dan Romawi yang kemudian diwariskan kepada orang Islam setelahnya.

Pada masa Rasulullah ilmu falak belum mengalami perkembangan yang signifikan, karena pada saat itu disibukkan dengan jihad perang dan penyebarluasan agama Islam.

Setelah Islam menyebar luas para sahabat mulai mengkaji ilmu falak dalam tinjauan Islam dan muncul salah satu cabang Ilmu Astronomi (falak)-selain Ilmu Falak Ilmy-yaitu Ilmu Falak Syari yang mana metode pembahasan dan perkembangannya memacu pada kontrol al-Quran dan Sunah.

Kajian ilmu falak dimulai pada masa Bani Umayyah kepemimpinan khalifah Khalid bin Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan.

Perkembangan ilmu falak dimulai pada masa Bani Abbasiyah kepemimpinan khalifah Abu Ja'far al Mansur yang meletakkan kajian tersebut setelah Ilmu Tauhid, Fikih dan Kedokteran. Hal ini disebabkan gerakan terjemah dan buku yang banyak diterjemah adalah karya-karya dalam bidang astronomi.

Ilmu falak mengalami masa kejayaan dan keemasan pada masa pemerintahan Makmun bin Harun AlRasyid karena pada masa itu buku-buku tentang astronomi yang berbahasa Persia, India, Yunani banyak yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada masa inilah muncul para ilmuwan ahli astronomi, diantaranya:

1. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (38) yang mengarang buku berjudul Muhtaṣar fi Ḥisāb al-Jabr wa al-Muqābalah sekitar tahun 825 di Baghdad.

2. Abu al-Abbās Ahmad bin Muhammad bin Kathīr al-Fargani yang dikenal di Eropa dengan nama al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronom yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.

3. Abu Ma’shar al-Falaky. Karya-karyanya antara lain adalah Ithbātul Ūlūm dan Haiatul Falak.

Sumber Referensi:

Imam Ghozali. “Prespektif Historis Tentang Ilmu Falak.” Jurnal Keislaman 2, no. 1 (2016): 5.

Mhd Fikri Maulana Nasution. “Perkembangan Ilmu Falak Pada Peradaban Pra Islam.” Jurnal Penelitian Medan Agama 9, no. 1 (2018): 147–48.

Muslim, Pepep Puad, Tatang Farhanul Hakim, and Suparman Jassin. “Dinamika Dan Perkembangan Ilmu Falak Dari Era Pra Islam Hingga Era Kontemporer.” Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam 20, no. 1 (2023): 14–28. https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.27243.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url