Tausyiah Ust Mukhlis Dalam Rangka Memperingati Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad Di Ponpes Al-Khoirot
Ust Mukhlis merupakan salah satu alumni Ponpes Al-Khoirot Malang yang mengabdikan dirinya menjadi guru MADIN (Madrasah Diniyah) Al-Khoirot hingga saat ini. Ia berdomisili Bantur dan memiliki putra yang sedang mengemban ilmunya di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Baca Juga: K.H Ahmad Fatih Syuhud
Ceramah Ust Mukhlis Dalam Rangka Memperingati Isro’ Mi’roj Di Ponpes Al-Khoirot
Alhamdulillah, dari tahun ke tahun, ponpes Al-Khoirot
selalu merayakan Isro’ Mi’roj dengan rasa antusias yang tinggi. Acara ini
dihadiri oleh a) pengasuh b) para asatidz, baik asatdiz dalam maupun luar c)
seluruh santri d) warga sekitar. Ceramah Isro’ Mi’roj Ini dipimpin oleh
Ust Mukhlis, yang isinya meliputi:
A) Ta’rif Isro’ Dan Mi’roj
Isro’ secara bahasa adalah perjalanan malam, dan Mi’roj
adalah naik. Sedangkan Isro’ secara istilah itu perjalanan-nya kanjeng
nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram Menuju Masjidil Aqsha (Palestina) dan Mi’roj
adalah naiknya Nabi Muhammad saw dari Masjidil Aqsha ke langit, yang dimulai
dari langit pertama hingga ketujuh.
B) Pendapat Ulama Mufassir Tentang Isro’ Mi’roj
Ulama mufassir beda pendapat dalam menyikapi masalah, yang Isro' Mi'roj itu ruhnya nabi saja atau ruh dan jasadnya? Lebih jelasnya, bisa dilihat pemaparan-nya dalam uraian berikut ini:
1) Pendapat Pertama (Ruhnya saja)
Pendapat ini Dhoif (lemah), karena bertentangan dengan ayat al-qur'an yang berbunyi, "Asra bi'abdihi" Andaikan yang Isro’ Mi’roj ruhnya saja, mengapa ayatnya tidak memakai "Biru ihi" saja?
2) Pendapat Kedua (yang Isro’
ruh dan jasadnya, untuk Mi’roj, jasadnya saja)
Pendapat ini Dhoif
(lemah), karena menyalahi ayat, "Asra bi'abdihi" dan
hadist shoheh
3) Pendapat Ketiga (Ruh dan
Jasadnya)
Pendapat ini sesuai dengan ayat, "Asra bi'abdihi" dan
hadist shoheh
Peristiwa Isro' Mi'roj terjadi sebelum hijrahnya baginda Nabi Muhammad Saw
C) Penjelasan Q.S Al-Isra ayat 01
سُبْحَنَ الّذِيْ
أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسجِدِ
الأَقْصَا الَّذِيْ بَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ اَيَتِنَا
Maha suci Allah yang telah memberangkatkan
hambanya di waktu malam dari masjidil haram menuju masjidil aqsha yang kami
berkahi di sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
kebesaran kami.
1) Subhaanalladzi Asraa Bi'abdihi Lailan Minal Masjidil Haraami Ilal Masjidil Aqsha
Dalam ayat ini mengandung faedah
tankir dengan adanya kata "Asra" yang belakangnya diikuti
penyebutan "Lailan" jadi, secara tidak langsung, ayat tersebut memberikan isyarat
kepada kita, bahwa Nabi Muhammad Saw menyelesaikan Isra’ Mi’raj, hanya ditempuh
dalam jangka waktu semalam (tidak sampai semalam suntuk).
Jarak antara Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha kurang lebih 1239 kilo. Perjalanan-nya tersebut,
menurut ulama Mufassir (Ulama Ahli Tafsir), memakan waktu kisaran 4 jam,
3 jam, 2 jam, tidak sampai 2 jam dan itupun masih transit-transit dari satu
tempat ke tempat yang lain-nya.
2) Bi'abdihi
Allah Swt menyebut kanjeng nabi
Muhammad dengan sebutan "Bi'abdihi" sebagai bentuk rasa
pengakuannya terhadap Rosulullah Saw, akan akhlaqnya yang mulia dibanding dengan
nabi-nabi lainnya, ketampanan-nya, derajatnya yang tinggi. Dari sini bisa
kita ambil kesimpulan, bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang paling unggul di
antara banyak-nya para nabi yang jumlahnya sekitar 124.000.
Setelah membaca itu semua,
timbullah pertanyaan lagi. Mengapa yang terpopuler, yang tenar kegantengan-nya,
itu nabi Yusuf ? karena ketampanan, kegantengan tidak bisa ditiru dan diikuti.
Hanya akhlaq lah yag bisa ditiru. Oleh karenanya, ketampanan nabi Muhammad
tidak populer di kalangan masyarakat, hanya akhlaqnya saja yang tenar.
Pada kalimat tersebut juga menunjukkan sebuah tanda, bahwa nabi Muhammadlah, nabi yang paling unggul dibandingkan dengan nabi yang lain. Ditinjau dari moralnya, paras wajahnya, kepintaran-nya, kewibaan-nya, dan lain sebagainya.
3) Alladzii Baarakna Haulahu
Barokah yang ada di sekeliling Masjidil
Aqsha menurut ulama Mufassir, yaitu:
a) Menurut pendapat pertama. Barokahnya
berupa, sungai, pepohonan, buah-buahan
b) Menurut pendapat kedua dengan
di tempatinya para nabi
Nabi Muhammad ketika di Masjidil Haram menjadi pemimpin para nabi untuk ngimami sholat, sedangkan nabi yang lain menjadi makmumnya.
c) Menurut pendapat ketiga,
barokah berupa tempat turun-nya para Malaikat
4) Linuriyahu Min Aayaatinaa
Allah Swt memberi tahu kepada
hambanya akan kekuasan dan keadilan-nya.
D) Meninggal Dunia
Orang yang meninggalnya dalam
keadaan bertauhid (dalam keadaan Islam), maka masuk Surga, sebagaimana dawuhnya
Rosulullah Saw, yang artinya, “Barangsiapa yang meninggal dunia dalam
keadaan tidak menyekutukan Allah, maka dakholal jannah (pasti masuk surga).
Dalam kitab Hawil Kabir, karya imam Al-Mawardi disebutkan, walaupun semasa
hidupnya tukang nyuri, tukang zina, tukang mabuk.
Ada dua perkara yang tidak
disukai manusia, padahal keduanya itu baik!
1) Kematian
Bagi orang Islam, mati itu baik
ketimbang fitnah, daripada hidup menjadi orang kafir, menjadi orang fasik.
Dicabutnya nyawa memanglah sakit,
namun, ada banyak cara supaya proses sakaratul maut tidak sakit, di antaranya:
membaca surat Al-Kahfi dan At-Tabarok pada malam Jum’at dan Jum’at pagi.
2) Miskin harta (qillatul
mal)
Umumnya, orang yang hidup di
dunia ini pasti butuh uang untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan-nya
sehari-hari
E) Bentuk Santri
Santri itu dibagi menjadi 2:
1) Santri Mutlak
Santri yang Sami'na Wa Atho'na kepada gurunya. Apa yang dikatakan gurunya, ia senantiasa nurut. Apabila diperintah, ia melaksanakan. Misal, guru mengatakan, "jangan pacaran" maka, senantiasa ia mematuhi yang apa di ucapkan gurunya tersebut.
2) Santri Ghoiru Mutlak
Sebagian diikuti sebgian tidak, seperti yang terjadi oleh imam Syafi'i kepada Gurunya (Imam Malik) yang kasusnya tentang masalah menyikapi permasalahan Anjing a) Imam Syafi'i berpendapat, anjing itu najis b) Imam Malik berpendapat, anjing itu suci. Dalam perbedaan ini, imam Syafi'i tidak pernah menjelek-jelekkan gurunya dengan cara melontarkan dalil-dalil, malah ia menghormatinya (tetap tawadhu') kepada imam Malik (guru dari imam Syafi'i).
Selengkapnya tentang masalah najis dan sucinya anjing, klik di sini
Santri mutlak lah yang berpotensi selamat ketimbang santri ghoiru mutlak, sebab, kebanyakan santri ghoiru mutlak itu selalu memojokkan gurunya dengan dalil-dalil untuk menjatuhkan gurunya. Apabila santri ghiru mutlak tetap tawadhu' kepada gurunya, sudah dipastikan ia selamat.
Artikel Senada:
Isra' Rasulullah ke Baital Maqdis
Berikut video selengkapnya