Sholat Jum’at, Hukum, Dalil, Dan Statemen-nya
Sholat jum’at merupakan ibadah sholat yang diwajibkan Allah kepada seluruh umat muslim laki-laki yang sudah mencapai usia baligh. Pelaksanaannya dilakukan seusai kadar sempurnanya mengerjakan sholat Dzuhur. Dengan ini, maka sholat jum’at tidak boleh dilaksanakan sebelum sempurnaya sholat dzuhur dilaksanakan. Misal, selesai melakukan sholat Dzuhur memakan waktu 5 menit, maka sholat Jum’at baru dibolehkan mengerjakannya melebihi batas waktu tersebut.
Hukum Wajibnya Sholat Jum’at
Ulama’ sepakat atas wajibnya[1] sholat Jum’at, namun dalam mengkategorikannya beda-beda, ada yang menggolongkan fardhu ‘ain, ada juga yang fardhu kifayah. Mudahnya, fardhu ‘ain adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap independen umat muslim dan mendapatkan dosa bagi yang tidak melakukannya, sedangkan fardhu kifayah adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh salah satu umat Islam dalam suatu daerah dan mendapatkan dosa apabila ditinggalkannya. Contoh: Sholat Jenazah. Apabila dalam sautu daerah tidak ada yang mensholati jenazah, maka seluruh orang yang tinggal di situ mendapatkan dosa semua.
Dalil Wajibnya Sholat Jum’at
Dalam Q.S Al-Jumu’ah ayat 9 disebutkan
مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِاللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ يَأَيّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ لِلصّلاَةِ
Hai orang-orang yang beriman. Jika diseru sholat Jum’at, maka segeralah mengingat Allah dan tinggalkan jual beli. Ketahuilah yang demikian itulah yang lebih baik bagimu.
Dalam kitab Bulughul Maram disebutkan
وَعَنْ طَارِقِ بْنُ شِهَابٍ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: << الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِيْ جَمَاعَةٍ إلاَّ أَرْبَعَةً مَمْلُوْقٌ، وَامْرَأَةٌ، وَصَبِيٌّ، وَمَرِيْضٌ >> رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ
Dari Thoriq bin Syihab. Bahwasannya Rosulullah Saw bersabda: Sholat Jum’at itu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim kecuali budak yang masih dimiliki tuannya, perempuan, anak kecil, orang sakit. (H.R Abu Daud)
Statemen (Argumen) Sholat Jum’at
Abd Al-Rahman Ibn Al-Hasan Al-Dimasyqi meyebutkan dalam karyanya Rahmah Al-Ummah Fi Ikhtilafi Al-‘Aimmah, “Para ulama sepakat atas fatwa ulama mujtahid yang mengatakan sholat Jum’at merupakan sholat Dzuhur.” Fatwa tersebut berkisar pada kaedah fiqih yang berbunyi:
أَلْجُمْعَةُ ظُهْرٌ مَقْصُوْرَةٌ أَوْ صَلاَةٌ عَلَى حِيَالِهَا ؟ قَوْلاَنِ
Apakah sholat Jum’at itu sholat Dzuhur yang diringkas (asalnya 4 rakaat menjadi 2 rakaat) atau sholat tersendiri? Dalam masalah ini ada 2 pendapat.
Qoidah tersebut memberikan gambaran kepada kita, bahwa sholat jum’at bisa dikategorikan wujudnya dalam 2 bentuk a) sholat Jum’at merupakan sholat Dzuhur yang jumlah rakaatnya ada dua b) sholat Jum'at adalah shalat fardhu lima waktu. Tidak mungkin ulama mujtahid menentukan suatu hukum dengan cara asal-asalan. Mestinya, dua argumen tersebut memiliki dasar hukum tersendiri dan analisa-analisa yang logis.
Kesimpulannya: Apabila memilih pendapat yang mengatakan, “sholat Jum’at adalah ringkasan dari rakaat sholat Dzuhur, maka tidak perlu melakukan sholat lagi seusai sholat Jum’at secara sempurna. Sebaliknya, apabila memilih pendapat yang mengatakan, “sholat Jum’at adalah sholat tersendiri,” maka seusainya harus menunaikan ibadah sholat Dzuhur secara sempurna (kaffah).
[1] Wajib bagi orang yang menetap di daerahnya (mukim). Untuk orang yang bepergian dari daerahnya (musafir) tidaklah diwajibkan